8
Yesus adalah Imam Agung kita
1 Jadi, garis besar dari semua yang saya tuliskan di atas adalah bahwa Imam Agung kita itu duduk di tempat yang paling terhormat di samping takhta Allah yang Mahatinggi di surga. 2 Di situ juga Dia melayani di dalam pusat penyembahan yang mahakudus* tempat penyembahan yang mahakudus Secara harfiah, “(tempat-tempat) suci.” Kata yang dipakai di sini berbeda dari yang dipakai untuk Ruang Kudus dan Ruang Mahakudus di Ibr. 9:3-4. Karena bentuknya adalah jamak, maka ditafsirkan sebagai semua kompleks Rumah Allah surgawi.— yaitu di dalam Kemah Tuhan yang sejati. Kemah itu didirikan oleh Allah sendiri di surga— bukan kemah lama yang dibuat oleh tangan manusia.
3 Memang, setiap imam agung bertugas untuk mempersembahkan bermacam-macam pemberian dan kurban kepada Allah. Begitu juga dengan Imam Agung kita: Dia harus mempunyai sesuatu untuk dipersembahkan. 4 Kalau Yesus masih hidup di dunia ini, maka Dia tidak mungkin diangkat menjadi imam. Karena sudah ada orang-orang dari suku lain yang melayani semua persembahan sesuai dengan Hukum Taurat. 5 Tetapi Rumah Allah duniawi di mana para imam duniawi melayani hanyalah gambaran atau bayangan dari Kemah Tuhan yang sebenarnya di surga. Perhatikanlah bahwa sebelum Musa membangun Kemah Tuhan yang pertama Allah menyuruhnya seperti ini,
“Kamu harus membuat semuanya persis sama dengan contoh yang sudah Aku tunjukkan kepadamu di atas gunung ini.”✡ Kel. 25:40
6 Tetapi sekarang Yesus sudah diberikan pelayanan yang jauh lebih mulia daripada pelayanan para imam duniawi itu, oleh karena Dia menjadi Perantara yang mengurus perjanjian yang baru antara Allah dan kita. Dan perjanjian yang baru itu jauh lebih mulia dari perjanjian yang lama, karena Allah menjanjikan hal-hal yang lebih baik— seperti yang saya akan jelaskan selanjutnya.
7 Kalau perjanjian sebelumnya yang diadakan melalui perantaraan Musa sudah memuaskan, maka perjanjian yang kedua tidak perlu diadakan. 8-10 Tetapi Allah sendiri tidak puas dengan perjanjian yang lama itu, sehingga Dia berkata kepada umat Israel,
“Beginilah perkataan Tuhan: Pada hari yang akan datang,
Aku akan menetapkan suatu perjanjian yang baru
dengan kalian bangsa Yehuda dan seluruh umat Israel.
Perjanjian yang baru ini tidak sama seperti yang dulu sudah Ku-tetapkan dengan nenek moyang kalian
ketika Aku mengasihani mereka dan dengan tangan-Ku sendiri
membimbing mereka keluar dari Mesir.
Tetapi mereka tidak tetap hidup sesuai dengan semua peraturan dalam perjanjian itu,
lalu Aku lepas tangan dari mereka.
Tetapi inilah perjanjian yang baru yang nanti akan Ku-tetapkan dengan kalian umat Israel:
Aku akan menaruh hukum-Ku ke dalam pikiran kalian,
dan Aku akan menuliskan hukum-Ku di dalam hati kalian.
Maka Aku akan menjadi Allah kalian,
dan kalian akan menjadi umat-Ku.
11 Oleh karena itu, nanti kalian tidak lagi perlu saling mengingatkan saudara seiman
seperti ini, ‘Kenallah Tuhan.’
Karena kalian semua— besar kecil, akan sungguh-sungguh mengenal Aku.
12 Karena dengan belas kasihan yang besar Aku akan mengampuni semua kejahatan kalian
dan tidak lagi mengingat dosa-dosa kalian.”✡ Yer. 31:31-34
13 Jadi, karena Allah berbicara tentang suatu perjanjian yang baru, maka sudah jelas bahwa perjanjian yang diadakan dengan perantaraan Musa itu sudah dianggap berlalu. Artinya perjanjian yang lama itu tidak akan berlaku lagi.
*8:2 tempat penyembahan yang mahakudus Secara harfiah, “(tempat-tempat) suci.” Kata yang dipakai di sini berbeda dari yang dipakai untuk Ruang Kudus dan Ruang Mahakudus di Ibr. 9:3-4. Karena bentuknya adalah jamak, maka ditafsirkan sebagai semua kompleks Rumah Allah surgawi.
✡8:5 Kel. 25:40
✡8:12 Yer. 31:31-34